Pendidikan persiapan kerja yang mengarah terciptanya lulusan yang siap kerja bertumpu pada kebutuhan tenaga kerja menjadi solusi dari permasalahan lemahnya kompetensi yang dimilliki lulusan dunia pendidikan. Konsep pendidikan yang diterapkan selama ini berjalan dengan verbalistik dan berorientasi semata mata kepada menguasan mata pelajaran, bukan terkait dengan masalah sehari hari dan menggunakan materi pelajaran untuk memecahkan masalah masalah yang dihadapai dalam kehidupan. Seakan-akan menunjukan bahwa pendidikan untuk pendidikan atau pendidikan tidak terkait dengan kehidupan dan pemasalahan yang ada didalamnya. (http://alumnisaf.blogspot.com /2008/05/life-skill.html)
Sebagai upaya untuk menjawab kondisi pendidikan diatas, penerapan life skill yang memiliki tujuan untuk memungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya yaitu mengembangkan potensi manusiawi peserta didik dalam menghadapi perannya di masa mendatang menjadi altrernatif solusi yang tepat untuk diberlakukan. Seperti disebutkan Slamet (2002), Life skill atau pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan kemampuan, kesanggupan dan keterampilan yang diperlukan seseorang untuk menjalankan hidup dengan nikmat dan bahagia, artinya tujuan life skill adalah untuk pemberdayaan, dengan harapan perserta didik mampu memecahkan permasalahan kehidupan termasuk mancari dan menciptakan lapangan pekerjaan (Depdiknas 2002), ditambahkan oleh Dosen Ekonomi Managemen FISE UNY, Nahiyah J Faraz M.Pd bahwa tujuan life skill memang mendidik kecakapan hidup dan membuat perserta didik mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya secara mandiri. (Ragam Terampil lewat “life skill”, tapi… http://kr.co.id, 11 mei 2008)
Dengan bekal pendidikan kecakapan hidup (life skill) membawa dampak dan manfaat yang baik bagi lulusannya untuk menjadi warga yang produktif dan proaktif dalam memecahkan setiap permasalah kehidupan dan lebih-lebih menjadi pribadi pribadi yang tidak hanya bergantung pada pihak lain atau mandiri.

0 komentar:
Posting Komentar